“Sultan Wirakusuma II Al Watsiqu Billah: Pahlawan Perang Banjar 11 juni 1860-2 maret 1862, Cucu Sultan Adam yang Wafat di Pengasingan Belanda”

“Sultan Wirakusuma II Al Watsiqu Billah: Pahlawan Perang Banjar 11 juni 1860-2 maret 1862, Cucu Sultan Adam yang Wafat di Pengasingan Belanda”

Sultan Wirakusuma II Al Watsiqu Billah adalah gelar yang merujuk pada Pangeran Wirakusuma II, seorang bangsawan tinggi Kesultanan Banjar dan pahlawan Ia merupakan cucu langsung dari Sultan Adam Al-Watsiq Billah. Gelar “Al-Watsiq Billah” juga merupakan gelar yang disandang oleh Sultan Adam, Kakeknya. Sultan Adam sendiri memerintah Kesultanan Banjar dari tahun 1825 hingga wafat pada tahun 1857. 

Berikut adalah beberapa poin penting terkait Sultan Wirakusuma II Al Watsiqu Billah:

  • Keterkaitan dengan Sultan Adam:Sultan Wirakusuma II Al Watsiqu Billah adalah cucu dari Sultan Adam Al-Watsiq Billah, yang merupakan Sultan Banjar. 
  • Gelar Al-Watsiq Billah:Gelar ini juga disandang oleh Sultan Adam, kakeknya, dan merujuk pada salah satu khalifah Abbasiyah. 
  • Pangeran Wirakusuma II:Ia lebih dikenal dengan nama Pangeran Wirakusuma II di kalangan lokal
  • Tokoh Sejarah Banjar:Pangeran Wirakusuma II Putra Sultan Muda Abdurahman alwatsiqbillah bin Sultan Adam Al-Watsiq Billah ,bagian dari garis utama Kesultanan Banjar dan memiliki peran penting dalam sejarah kesultanan tersebut.Sultan Wirakusuma II Al Watsiqu Billah sebagai menantu Pahlawan Nasional Pangeran Antasari, Pangeran Antasari sendiri anak mantu Sultan Adam Al-Watsiq Billah. Sultan Wirakusuma II Al Watsiqu Billah adalah cucu dari Sultan Adam Al-Watsiq Billah, yang merupakan Sultan Banjar. Pangeran Wirakusuma merupakan Kakak dari Gusti Andarun Hidayatulah II Halillah
  • Kelahiran:Ia lahir pada tanggal 19 Agustus 1822,di martapura

Sultan Wirakusuma II Al Watsiqu Billah adalah tokoh penting dalam sejarah Kesultanan Banjar dan perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Ia lahir pada 19 Agustus 1822 di Martapura, berasal dari garis utama keluarga kerajaan Banjar. Beliau merupakan cucu langsung dari Sultan Adam Al-Watsiq Billah Sultan Banjar yang memerintah pada tahun 1825 hingga wafat pada 1857.

Gelar “Al-Watsiq Billah” yang disandangnya bukan sekadar nama, melainkan warisan spiritual dan politik yang juga pernah dipakai oleh Sultan Adam, merujuk pada gelar salah satu khalifah Abbasiyah.

Sebagai Pangeran Wirakusuma II, beliau dikenal luas oleh rakyat Banjar dan tercatat sebagai salah satu pahlawan penting dalam Perang Banjar (11 Juni 1860 – 2 Maret 1862). Keberaniannya dalam memimpin perjuangan membuat Belanda menganggapnya ancaman besar bagi kekuasaan kolonial.

Seperti halnya Pangeran Diponegoro, perjuangannya berakhir dengan pengasingan. Sultan Wirakusuma II dibuang jauh dari tanah kelahirannya, Martapura, dan menghembuskan napas terakhir di Cianjur, Jawa Barat, pada 6 Juni 1901.

Meski wafat di tanah rantau, jejak perjuangan beliau tetap hidup sebagai simbol keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air.

 Di hari kemerdekaan ini, mari kita mengenang jasa Sultan Wirakusuma II Al Watsiqu Billah, sang pahlawan Banjar yang teguh memperjuangkan kedaulatan bangsanya.


Pesan Sultan Wirakusuma II Alwatsiq Billah untuk Indonesia

_”Aku, Sultan Wirakusuma II Alwatsiq Billah, pernah merasakan getirnya diasingkan jauh dari tanah kelahiran di Martapura, dibuang Belanda ke Cianjur agar jauh dari rakyat dan negeri yang kucintai. Namun, meski raga terpisah, hatiku selalu bersama Banua dan Nusantara.

Hari ini, pada peringatan 80 tahun Kemerdekaan Indonesia, aku ingin berpesan kepada anak cucu bangsa: jagalah persatuan, karena dari persatuanlah lahir kekuatan. Jangan biarkan perbedaan memecah-belah, sebab Indonesia berdiri atas keberagaman yang disatukan dalam perjuangan.

Kemerdekaan ini bukan hadiah, melainkan hasil darah dan air mata para pejuang. Maka rawatlah dengan kerja keras, keadilan, dan cinta kasih di antara sesama.

Semoga Indonesia terus berdaulat, sejahtera, dan maju. Jangan lupakan sejarah, karena di sanalah kita menemukan jati diri.”_

— Sultan Wirakusuma II Alwatsiq Billah

“Mengapa Belanda Tidak Membunuh Sultan Wirakusuma II Al Watsiqu Billah?”

Dalam catatan sejarah Perang Banjar (1860–1862), Belanda menghadapi kesulitan besar menaklukkan Sultan Wirakusuma II Al Watsiqu Billah. Menurut arsip Belanda yang ditulis oleh Van Res, serdadu-serdadu kolonial pernah menembakinya dengan senapan dan mortir, namun konon hanya pakaiannya yang robek—beliau tetap hidup tanpa cedera berarti.

Hal inilah yang membuat Belanda percaya bahwa Sultan Wirakusuma II memiliki “ilmu kebal” yang bersumber dari tanah kelahirannya di Kalimantan. Selama beliau berpijak di tanah Banua, mustahil bagi peluru dan meriam untuk merenggut nyawanya.

Karena itulah Belanda mengambil jalan lain: mengasingkan beliau jauh dari tanah Borneo, ke tanah baru di Jawa. Dengan harapan, bila terpisah dari bumi leluhur, kekuatan spiritualnya akan melemah. Namun kenyataannya, Sultan Wirakusuma II tetap hidup dalam pengasingan selama puluhan tahun, hingga wafat di Cianjur pada 6 Juni 1901—hampir 40 tahun setelah ditawan.

Langkah Belanda ini menunjukkan betapa besar rasa takut mereka terhadap karisma dan wibawa seorang pangeran Banjar. Bagi rakyat, kisah ini menjadi bukti bahwa keberanian, keyakinan, dan doa bisa menjadi perisai yang lebih kuat daripada senjata.

 Hingga hari ini, Sultan Wirakusuma II Al Watsiqu Billah tetap dikenang bukan hanya sebagai seorang bangsawan dan pejuang, tetapi juga sebagai simbol kekuatan spiritual dan perlawanan terhadap penjajahan.